Selasa, 06 Maret 2012

Pena Biru



Kali ini aku bertemu pena dalam sapa pada ruang maya. Awalnya aku bingung untuk menggoreskannya dimana. Tapi akhirnya aku menemukan lembaran kertas yang tercecer diatas meja. Lalu, aku tuangkan tinta biru bersama dengannya.

Perlahan ia membuka percakapan tentang rasa. Oohh, prolognya cukup membuat aku mengernyitkan alis. Ada yang tersirat nampaknya! dan tak lama setelah itu, ia menguntai cerita yang berisi drama. Hhmm, aku tau sekarang! ia sedang mencoba menerjemahkan aku melalui waktu.

Kepadanya kemudian aku berkata " apa yang hendak engkau baca dariku, pena ?". Sambil tersenyum kemudian ia menjawab " kau seperti siput yang ku temui dimusim lalu ". Suasana ku berubah menjadi hening dan segera aku menutup do'a pada titik terakhir pena.

"jika benar nyataku dibenak-mu, maka izinkan aku meraba hadir-mu"
seperti cerita pena, yang ku tulis.

#Bandung, 23 Desember 2011

Buku Cantik yang Munafik



Tuhan, lagi dan lagi.saya memang harus membuat catatan kedua tentang ini.

Saya menulis kisah yang sama walau dengan buku yang berbeda. Sampulnya cantik sekali, berwarna merah jambu. Ini buku baru yang saya beli kemarin sore, setelah hujan berhenti.
memang tidak mahal, tapi saya sangat suka.

Saya harap, buku ini akan setia bersama saya dikala cerita mulai banyak saya ungkapkan dan saya berdo'a agar buku ini akan menjaga dari apa pun yang akan mengusiknya. Setidaknya tidak seperti buku kemarin.

Tapi ternyata terulang kembalii yang sudah berlalu. Dengan nyata, harus saya temukan  bagian dalam buku itu hilang. Lalu beberapa lembar harus bertuliskan catatan namun bukan tulisan saya.

Hey, siapa yang telah menulisnya ? kenapa kau biarkan orang lain menulis pada lembaranmu, buku cantik? tulisannya menertawakan saya ! Kalau begini, rasanya tumpahan air lebih baik untuk melunturkan warnanya dibandingkan harus merobeknya. Tapi sayangnya itu bukan kenginan saya.

Lalu, buku seperti apa yang layak untuk saya miliki ?dan masih adakah buku yang baik melebihi buku yang paling baik ?

Oh, ternyata tidak ada bedanya, SEMUA SAMA !!!

#Bandung, 21 Desember 2011

Analisis film The Ides of March



Film yang dibuat tahun  2011 itu menurut saya sangat bagus meskipun saat menonton dikelas  ada beberapa bagian yang terpotong. Secara keseluruhan film itu menceritakan tentang wajah perpolitikan dengan banyak hal didalamnya baik itu kecurangan ataupun tekanan.

Dalam film ini diceritakan seorang tim sukses calon Gubernur bernama Stephen Meyers yang dalam menyelesaikan tugasnya terjerat urusan rumit yang membuatnya harus memilih, sampai akhirnya ia harus dipecat dari tempatnya bekerja.

Hal ini saya lihat dalam dunia perpolitikan Indonesia mungkin saja sama, karena pada dasarnya semua tim sukses menginginkan dan mengahalalkan segala cara untuk memenangkan sebuah kampanye. Dunia politik menurut saya seperti boomerang. Sekalinya kita memasuki ranah tersebut kita harus siap mental dan segalanya kalau tidak kita akan tersingkirkan dan diabaikan layaknya sampah.#6 Maret 2012